Ada yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang sangat
nyaman untuk ditinggali. Negara yang dalam jari-jemarinya terlintas kereta api
dan bus-bus umum.
Dalam rentangan tangannya, terlintas jalan raya sampai ke
pelosok desa.
Menyerupai pembulu darah manusia, menghubungi semua organ di
tubuh dengan aneka ragam transportasi.
Seakan dirinya tahu bahwa manusia senang berpergian dan
beraktivitas.
Ada juga yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang
berkebudayaan tinggi, toleran terhadap sesama.
Walau penduduknya homogen, seakan tidak miskinlah pengalamannya
memberi warna pada arti kata toleransi.
Toleransi pada yang lebih tua. Toleransi pada wanita.
Toleransi pada agama. Pun toleransi pada warga asing.
Seakan dirinya mengerti bahwa manusia senang diperlakukan
baik oleh sesama.
Ada juga yang bilang bahwa Jepang teknologinya nomor satu.
Dari robot yang bisa melantunkan lagu-lagu klasik dengan piano, tenaga nuklir,
dan teknik daur ulang dalam dunia persampahan.
Seakan dirinya sadar bahwa manusia tak akan bisa bertahan di
bumi tanpa teknologi yang mencukupi.
Namun, saya pikir tanah Jepangpun tak tahu.
Namun, saya pikir udara Jepangpun tak mengerti.
Namun, saya pikir air Jepangpun tak sadar.
Adalah manusianya yang melakukan ini semua!
Merancang dan membangun alat transportasi dan infrastruktur.
Menanam dan mengajar budaya toleransi lintas generasi.
Menganalisa dan mengembangkan teknologi.
Aku beruntung!
Aku beruntung karena sebenarnya Jepang itu maju karena
manusianya.
Tidak ada mineral khusus di tanah Jepang yang menyebabkan
Jepang itu maju adanya.
Tidak ada substansi khusus di udara Jepang yang menyebabkan
Jepang itu intelek adanya.
Tidak ada elemen khusus di udara Jepang yang menyebabkan
Jepang itu terdepan adanya.
Manusianya sama kok spesiesnya
dengan manusia Indonesia.
Yang kita butuhkan adalah kesadaran dan tak malu untuk
meniru Jepang.
Yang kita butuhkan adalah semangat untuk mengambil kebaikan
Jepang.
Yang kita butuhkan adalah asa dan niat untuk menebarkan bibit-bibit
Jepang.
Kebanyakan dari kita, beruntung bisa menuntut ilmu di
Jepang.
Kebanyakan dari kita pula, mengagumi Jepang dengan sangat.
Namun, yang kita sering lupa adalah, syarat utama dari
seseorang mengagumi sesuatu itu adalah bahwa seseorang itu harus skeptislah
pula.
Sebagai manusia, sering kita mengagumi sesuatu dan
membanding-bandingkannya dengan sesuatu yang lebih buruk, atau tidak sebaik
dengan sesuatu yang pertama itu.
Namun, sebagai mahasiswa, saya mengajak anda untuk mengambil
langkah tambahan.
Setelah mengagumi dan membandingkan, ada baiknya apabila
kita cari letak kesalahan dari yang tidak baik itu dan mulai mencari solusi
tentang bagaimana memperbaiki yang tidak baik itu agar menjadi lebih baik.
Dengan begitu, anda tidak hanya menjadi seorang pengagum
yang sempurna, tapi anda juga akan menjadi agen perubahan yang sempurna.
Salam.
Oleh: Ruben Abdulrachman